Kapal ni datang dari pelabuhan yang berdekatan. Mereka menyelamatkan diri ke tingkat dua rumah ini dan nampak kapal ini datang. |
Pada pagi minggu tanggal 26 Disember 2004 kami sekeluarga
berkumpul di rumah, pada pukul 08.00 wib
saat gempa terjadi yang sungguh
kuat. Kami sekeluarga merasa takut dan keluar dari rumah duduk di halaman
depan, tidak lama kemudian kami melihat ada orang berlarian sambil berteriak
air laut naik- air laut naik … begitu terus yang kami dengar. Bapak saya
berkata ayo kita lari naik mobil, kami semua pun masuk ke dalam mobil dan pergi
dari rumah, di dalam perjalanan saya melihat banyak orang-orang berlarian dan
tiba-tiba bapak saya membelokkan mobil ke jalan buntu. Bapak berkata turun,
turun cepat dari mobil karena air lautnya sudah meluap dari sungai, saya
bersama adik dan ibu terjebak di dalam mobil tidak bias keluar.
Namun akhirnya
dengan pertolongan Allah kami dapat juga keluar dari mobil dan berlarian
keluar. Saat itu saya melihat adik saya Agam Fauzan digendong oleh bapak dan
mereka naik ke atas pagar.
Saya panggil bapak! Bapak! Tapi beliau tidak memberikan
jawaban apa pun kemudian saya terus berlari bersama ibu dan adik dan kami pun
naik ke rumah pak Muhammad. Tidak lama kemudian kami menyaksikan bapak dan adik
kami yang kecil digulung ombak gelombang tsunami, kami ingin menolong tetapi
tidak bisa kerana arusnya terlalu deras … kami naik ke atas kapal yang
tersangkut di atas rumah Ibu Abes, dari atas kapal saya melihat kedahsyatan
gelombang Tsunami meluluh lantakan semua sarana dan prasarana yang ada baik
rumah dan bangunan-bangunan lainnya. Kami semua yang berada di atas bot hanya
bisa berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT semoga ini semua bukanlah akhir
dari dunia ini.
-Kesaksian Rina
Octiva
Sumber: Buku Kesaksian Para Korban Tsunami (Kisah
nyata warga yang selamat dalam boat yang tersangkut di atas rumah H. Misbah
Lampulo)
Ia dibiarkan begini dan menjadi satu tempat lawatan untuk pelawat melihat keadaan gelombang tsunami yang kuat |
Sebelum musibah, kapal ini ada di pelabuhan yang
berdekatan. Pada 26 Disember itu
sebenarnya kapal kayu panjangnya 25 m dan lebar 5.5 m dengan berat 20 tan akan diturunkan ke laut
semula setelah dilakukan pembaikan. Tetapi Allah SWT berkehendakkan musibah
gempa bumi dan tsunami telah membawa kapal ini terdampar sejauh 1 km dari
tempatnya berlabuh ke kawasan perumahan penduduk. Alhamdulillah Allah SWT
menyelamatkan 59 warga dalam kapal kayu tersebut.
Di dalam rumah ini turut diletak nama-nama mangsa yang
terkorban. Di sini juga kita boleh
dapatkan sijil penghargaan tanda kita dah sampai ke kampung ni. Bayaran Rp5000. Tak mahal sangatlah, boleh
juga dijadikan kenangan. Di setiap tempat yang dilawat ada disediakan ‘kotak amal’ dan bolehlah kita
menderma seikhlas hati.
Pelancong hanya boleh melawat di sini sahaja kerana dipalang dengan pagar. |
Nama-nama mangsa korban gempa dan tsunami. Al-Fatihah |
Gambar yang diambil selepas air surut |
2 comments:
siap ada sijil ko..
hehe..idea yang bagus juga, kan
Post a Comment