Monday, December 15, 2014

Kapal di atas rumah Lampulo

Kapal ni datang dari pelabuhan yang berdekatan. Mereka menyelamatkan diri ke tingkat dua rumah ini dan nampak kapal ini datang.


Pada pagi minggu tanggal 26 Disember 2004 kami sekeluarga berkumpul di rumah, pada pukul 08.00 wib  saat gempa terjadi  yang sungguh kuat. Kami sekeluarga merasa takut dan keluar dari rumah duduk di halaman depan, tidak lama kemudian kami melihat ada orang berlarian sambil berteriak air laut naik- air laut naik … begitu terus yang kami dengar. Bapak saya berkata ayo kita lari naik mobil, kami semua pun masuk ke dalam mobil dan pergi dari rumah, di dalam perjalanan saya melihat banyak orang-orang berlarian dan tiba-tiba bapak saya membelokkan mobil ke jalan buntu. Bapak berkata turun, turun cepat dari mobil karena air lautnya sudah meluap dari sungai, saya bersama adik dan ibu terjebak di dalam mobil tidak bias keluar. 

Namun akhirnya dengan pertolongan Allah kami dapat juga keluar dari mobil dan berlarian keluar. Saat itu saya melihat adik saya Agam Fauzan digendong oleh bapak dan mereka naik ke atas pagar.
Saya panggil bapak! Bapak! Tapi beliau tidak memberikan jawaban apa pun kemudian saya terus berlari bersama ibu dan adik dan kami pun naik ke rumah pak Muhammad. Tidak lama kemudian kami menyaksikan bapak dan adik kami yang kecil digulung ombak gelombang tsunami, kami ingin menolong tetapi tidak bisa kerana arusnya terlalu deras … kami naik ke atas kapal yang tersangkut di atas rumah Ibu Abes, dari atas kapal saya melihat kedahsyatan gelombang Tsunami meluluh lantakan semua sarana dan prasarana yang ada baik rumah dan bangunan-bangunan lainnya. Kami semua yang berada di atas bot hanya bisa berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT semoga ini semua bukanlah akhir dari dunia ini.

 -Kesaksian Rina Octiva
 Sumber:  Buku Kesaksian Para Korban Tsunami (Kisah nyata warga yang selamat dalam boat yang tersangkut di atas rumah H. Misbah Lampulo)


Ia dibiarkan begini dan menjadi satu tempat lawatan untuk pelawat melihat keadaan gelombang tsunami yang kuat

Sebelum musibah, kapal ini ada di pelabuhan yang berdekatan.  Pada 26 Disember itu sebenarnya kapal kayu panjangnya 25 m dan lebar 5.5 m  dengan berat 20 tan akan diturunkan ke laut semula setelah dilakukan pembaikan. Tetapi Allah SWT berkehendakkan musibah gempa bumi dan tsunami telah membawa kapal ini terdampar sejauh 1 km dari tempatnya berlabuh ke kawasan perumahan penduduk. Alhamdulillah Allah SWT menyelamatkan 59 warga dalam kapal kayu tersebut.  

Di dalam rumah ini turut diletak nama-nama mangsa yang terkorban.  Di sini juga kita boleh dapatkan sijil penghargaan tanda kita dah sampai ke kampung ni.  Bayaran Rp5000. Tak mahal sangatlah, boleh juga dijadikan kenangan. Di setiap tempat yang dilawat  ada disediakan ‘kotak amal’ dan bolehlah kita menderma seikhlas hati.

Pelancong hanya boleh melawat di sini sahaja kerana dipalang dengan pagar.

Nama-nama mangsa korban gempa dan tsunami. Al-Fatihah

Gambar yang diambil selepas air surut

Sijil Penghargaan kerana melawat kampung ni. Kalau ikut yang tertulis di situ saya merupakan pengunjung ke 8805 tapi jumlahnya mesti lebih ramai sebab jumlah ini untuk orang yang ambil sijil ni sahaja.

2 comments: